Dvadasi jatuh pada hari Sravana atau hari Thiru Wonam. Ia suci dua kali. Pengamalan puasa pada Sravana Dvadasi itu sangatlah berkesan dibandingkan dengan puasa Ekadasi.
Madyahnikam boleh dijalankan sebelum tengah hari pada hari-hari Dvadasi bersama juga dengan Paranai. Yang ini tak terpakai pada Sraddha.
Kalau Dvadasi singkat sahaja masanya di waktu pagi, perlu lah dijalankan upacara itu awal pagi dan buat Paranai. Kalau sangat-sangat singkat, maka Paranai boleh dijalankan dengan mengangkat daun Thulasi dari air.
Segala kekotoran jatuh atas kita, puasa Ekadasi pun kenalah dijalankan. Puasa tak boleh dijalankan selalu sesuka hati kita sahaaja. Sama juga, kita makan hanya apabila perlu.
Jika seseorang itu tak mampu puasa, bolehlah ambil susu dan buah-buahan disebut sebagai Palaghara. Jika tak mampu puasa pada semua hari Ekadasi, sekurang-kurang puasa penuh pada Bhima Ekadasi.
Lepas mengambil makanan pada hari Dvadasi, bagus juga jika angkat sehelai daun Thulasi dari air sedikit. Bagus sangat jika boleh dibuat setiap hari dalam Dvadasi.
Pada hari berpuasa...... Ingat jangan......
- Minum air dengan kerap.
- Berus gigi dengan kasar dan hanya basuh mulut saja.
- Tidur siang hari.
- Jangan makan daun sirih.
- Jangan berjalan, lari, bergocoh atau menjerit-jerit macam unta.
- Jangan berhubungan jenis.
Pada puasa Dvadasi, buka puasa dengan makan Nellikkai, Cundaikai dan Agati Kirai. Jika tak ada lengkap tiga jenis barang itu, sekurang-kurangnya sediakan satu.
Dalam puasa Dvadasi, jangan makan labu air ular, bawang, madu dan makanan yang disediakan orang lain! Jangan lena siang hari, jangan makan tengah hari atau berhubungan jenis. Pantang!
Semua acara mesti dijalankan dalam rumah! Kalau di luar kampung, cukup dengan menjalankan separuh daripada acara. Jika di pekan, cukup amalkan suku dari acara. Semasa mengembara, buatlah acara sekadar patut dan mampu.
Abhi Vadaye
Pengenalan diri dijalankan menurut kepada kedudukan seseorang dalam samudayam kita. Yang muda beri tabiklah kepada yang tua. Kalau yang tua itu lelaki, katalah kepadanya, "Abhi vadaye..." sebelum meniarap di lantai menyembahnya. Kemudian baca dalam bahasa Sankerta.... "Catu sagara parayantham Gobrahmanebhya shubham bhavathu". Ertinya, sementelah empat lautan itu bertautan, maka marilah berbiak dengan lembu dan para Brahmana.
Dalam keluarga setengahnya, abhi vadaye dijalankan dan namaskaram diperbuat kemudian. Dalam setengah keluarga lagi, namaskaram dibuat dulu, baru dibaca abhi vadaye. Ikut tradisi keluarga kita sendiri!
Kalau perlu sentuh kaki orang tua lepas bacaan abhi vadaye, silangkan tangan kita dan sentuh tangan kanan ke kaki kanannya, dan tangan kiri ke kaki kirinya. Kalau tak mampu sentuh, sentuhlah tanah depan mereka.
Apabila dibaca abhi vadaye, sebutlah pravara resi yang membentuk puak kita. Bergantung kepada gotram kita, boleh jadi seorang atau dua resi, tiga, lima atau sampai tujuh resi pun. Semua pravara resi itu merupakan maharesi yang membentuk gotra kita.
Mulanya, semua gotra itu bermula dengan semilan resi. Dah lama masa berlalu, ada dekat-dekat 100 gotra semua. Ahli gotra kita dipanggil sebagai Sagothrar dan yang berasal dari pravara kita disebut lah Sapravarar. Pawiwahan dilarang dalam gotra yang sama mahu pun pravara yang sama kerana menjijikkan.
Dalam abhi vadaye mantram sebut pravara, gotra, sutra, dan veda keluarga kita. Kemudian sebut nama kita dengan imbuhan Sharma dan kemudian kata, asmi bho.
Sutra Brahmana Smartha Tamil
- Aasvalayana
- Kaushidhaka
- Bodhayana
- Apasthambha
- Bharadvaja
- Satyashada
- Vaikanasa
- Kathyana
- Dragyana
- Jaiminya
Rig Veda
- Asvalayana
- Bodhayana
- Apasthambha
- Bharadvaja
- Satyashada
- Vaikanasa
- Agnivsya
Resi ini semua menulis dengan terperinci sekali tentang bagaimana karma-karma dari kelahiran sampai kematian patut dijalankan. Purva prayoga merupakan upacara dari kelahiran sampai kematian manakala apara prayoga pula upacara selepas kematian. Semua upacara mesti dijalankan menurut sutra yang dipakai nenek moyang kita.
Jika kita tak mendapat pedanda yang mengetahui sutra kita, maka tak wajar dijalankan upacara menurut sutra orang lain! Jika terpaksa, maka kita kena juga menjalankan upacara menurut sutra sendiri. Kemudian, kita kenalah menyebutkan Veda kita seperti Yajur Veda, Sama Veda bagi Saka adhyayi. Jika nama kita mempunyai Sharma sebagai nama keluarga pun, kita tak patutlah hanya menyebut, "Sharmanam aham". Perlu ditambahkan nama karana juga dan Sharma.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan